Posting Terbaru

Menyusuri Medan Berbatu di Desa Gurudug

Sabtu, 09 Januari 2010 Pagi masih sunyi senyap. Sinar matahari pun belum menerangi jagad raya. Lampu-lampu rumah mulai meredup, bertanda pagi mulai merayap. Pagi itu aku segera bergegas mempersiapkan perlengkapan bersepeda.

Hari mulai terang. Aku pun segera mengayuh sepeda menuju tempat berkumpul. Pagi itu pak Sonhaji, Ujeng, Andri, Herman, rupanya mereka sudah tiba lebih dulu di sana. 


Pagi yang indah, kali ini mentari bersinar cerah sekali setelah tadi malam hujan turun membasahi bumi. Selamat pagi matahari, pagi ini kembali kami turun kejalan menyusuri aspal hitam. 


Usai mengisi perut dengan sepiring nasi uduk, pagi itu kami berangkat menuju Purwakarta. Karena temen-temen dari Purwakarta menunggu di sana. Tujuan perjalanan kami kali ini ke daerah Gurudug. Kenapa disebut Gurudug? Karena medannya yang berbatu dan menurun tajam. Sehingga apabila kita menaiki sepeda akan terasa bergetar atau istilah orang Sunda bilang “Gugurudugan”.

Sesampainya di Purwakarta, pak H. Kadir, Pak Dadang (Abah), dan pak Heryadi rupanya mereka sudah lama menanti kedatangan kami. Sejenak kami beristirahat tuk sekedar melepas lelah dan membasahi tenggorokkan yang kering.


Usai bermukadimah dari Purwakarta kami langsung bertolak menuju Gurudug. Memasuki daerah Pasawahan jalanan mulai menanjak sampai daerah Ranca Darah nanti. Ranca darah merupakan akses jalan tuk menuju desa Gurudug.


Petualangan pun dimulai disini. Selama diperjalanan kita akan melewati jalanan yang menurun dan berbatu sehingga harus ekstra hati-hati dalam mengendalikan sepeda, karena jalannya menurun juga berbatu lengah sedikit bisa oleng akibatnya. Beberapa dari kami pun jatuh tersungkur dibuatnya.


Belum jauh kami berjalan, rupanya “Abah” sepedanya mengalami bocor ban.  Beruntung kami membawa perlengkapan sehingga ban dapat kembali ditambal dan perjalanan pun dapat kami lanjutkan kembali. Setelah berjuang melewati medan berbatu akhirnya sampailah kami disebuah warung kecil di desa Gurudug, meskipun sebelumnya sempat terjadi insiden kecelakaan yang menyebabkan pak Heriadi jatuh tersungkur dan mengalami memar-memar disebagian tubuhnya. Sejenak kami istirahat disana sambil mengganjal perut kami yang sudah lapar dengan makanan camilan seadanya.


Usai istirahat perjalanan kami lanjutkan kembali. Belum jauh berjalan kami disuguhi jalanan tanah basah dan lengket sehingga membuat ban sepeda kami terbungkus gumpalan tanah merah, alhasil sepeda pun menjadi berat dan sulit ketika di kayuh/gowes. Bahkan salah satu dari kami pun sempat mengalami kerusakan Rear Derailleur atau "RD" biasa para goweser menyingkatnya. Memasuki pemukiman penduduk kembali kami beristirahat tuk menunaikan ibadah shalat Djuhur di salah satu mesjid di desa Gurudug. Usai istirahat dan shalat perjalanan pun kami lanjutkan tuk kembali ke Purwakarta. Sesampinya di Purwakarta sejenak kami singgah di kedai "Mie Ayam" Lampung tuk menaklukan rasa lapar kami. Usai makan, sekitar pukul 14.30 kami pun meninggalkan Purwakarta tuk kembali pulang menuju Cikampek.




0 komentar:

Posting Komentar


Pengikut

 

Sahabat Sepeda | Blognya Sahabat Sepeda Cikampek Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger

Terima Kasih telah berkunjung di blognya Sahabat Sepeda Cikampek!