Posting Terbaru

Bersepeda Kuliner ke Jatiluhur Purwakarta


Seminggu yang lalu sebelum catatan ini diposting tepatnya tanggal 18 Desember 2011 yang lalu kami Triple-C | Cikampek Cycling Club bersepeda kuliner ke Jatiluhur Purwakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda kegiatan bersepeda mingguan kami yang baru kami jalankan kembali setelah pakum beberapa bulan kemaren karena terlalu sibuk dengan kesibukan lain dari masing-masing anggota.
Perjalanan Cikampek – Jatiluhur dimulai sekitar pukul 07:00 dari kediamannya pak Budi dan tiba sekitar pukul 09:00 wib. Sambil beristirahat di warung ikan bakar Jatiluhur kami pun memesan 2 porsi ikan bakar berikut nasi + lalapannya untuk 12 orang. Sambil menunggu makanan masak sebagian ada yang menikmati istirahat sambil rebahan di warung dan sebagian lagi ada yang menikmati keindahan Jatiluhur sambil duduk-duduk di tepian danau. Sesaat setelah makanan tiba, kami pun langsung beraksi menikmati ikan bakar ditemani hembusan angin danau Jatiluhur yang menyejukan.

Silakan klik disini untuk melihat foto perjalanan lainnya!!





Bersepeda ke tempat kerja? Ah, takut dianggap aneh...


Takut dan khawatir dianggap aneh itulah alasan yang membuat orang tidak jadi menggunakan sepeda  ke tempat kerja, ungkap penelitian selama tiga tahun di Inggris seperti dikutip Telegraph, Kamis (08/09).

Apakah di Indonesia juga sama seperti itu, yang membuat orang jadi enggan bersepeda ke tempat kerja?

"Anda akan merasakan orang menilai Anda sedikit aneh karena mengendarai sepeda," kata Sally, warga Worcester, Inggris, seorang responden dalam penelitian itu.

Takut dianggap aneh, khawatir berkeringat dan helm merusak rambut tersisir adalah alasan para profesional  tidak jadi menggunakan sepeda ke kantor mereka.

"Saya mungkin akan bersepeda jika saya tidak terlalu merisaukan citra dan pendapat orang banyak tentang saya yang datang ke sebuah rapat dengan badan berkeringat dan kepanasan," kata Joe, warga Leicester.

Para peneliti dalam studi itu menanyai 15.000 responden, meski hanya mendapat tanggapan dari 1400 orang.

"Kebanyakan orang memilih untuk tidak tampil beda, tetapi cenderung mengadopsi norma-norma yang sesuai dan menggambarkan harapan mayoritas publik," kata Professor Colin Pooley dari Lanchester University.

"Di Inggris, mobil adalah pilihan lumrah bagi kebanyakan orang, hampir 60 persen perjalanan menggunakan mobil," tukas Pooley.





Mantan juara Balap Sepeda SEA Games itu jadi kuli pasar


Jakarta (ANTARA News) - "Silahkan masuk Pak, maaf beginilah keadaan rumah saya," kata Muhammad Nur saat mempersilahkan ANTARA yang bertandang ke kediamannya, satu rumah petak di gang sempit di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa.

Di rumah kontrakan itulah, Muhammad Nur (39 tahun), mantan juara SEA Games 1995 Chiang Mai dan SEA Games 1997 Jakarta hidup berdesakan bersama istrinya Widi Hastuti (37) serta ketiga anaknya M. Ferdinand (12), Anastasia (8) dan Nayla Nursabila (6).

Hampir tidak terlihat lagi bekas bahwa pria kelahiran Jayapura itu pernah berjaya saat mengharumkan negara ketika menjuarai nomor tim pursuit putra di Chiang Mai pada SEA Games 1995 dan kemudian mempertahankannya di Jakarta dua tahun kemudian.

Tidak ada perabotan sama sekali di kontrakan yang luasnya tidak lebih dari 16 meter persegi itu. Tamu yang datang terpaksa duduk di lantai di ruang depan yang juga sekaligus menjadi kamar tidur anak-anaknya.

Didampingi istrinya, Muhammad Nur kemudian menceritakan bahwa sejak 2003, ia bekerja sebagai buruh panggul di sebuah pasar daging di kawasan Pulo Gadung untuk menghidupi keluarganya.

Bekal ijazah SMA membuatnya tidak punya pilihan lain kecuali melakukan pekerjaan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik karena sudah sering mengajukan lamaran pekerjaan di kantor-kantor pemerintah maupun swasta, tapi tidak ada tanggapan.

"Tugas utama saya adalah menjaga gudang, tapi juga sekaligus menjadi kuli angkut saat memasukkan atau mengeluarkan barang," kata Muhammad Nur yang mengaku ikhlas menjalankan pekerjaannya.

Gaji sebesar Rp2 juta perbulan jelas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang berjumlah lima orang, apalagi ia harus mencicil untuk sewa rumah sebesar Rp3,8 juta pertahun.

"Di luar pekerjaan utama saya di gudang, saya kemudian mencoba mencari tambahan penghasilan sebagai tukang ojek. Apa pun saya kerjakan untuk mendapatkan tambahan penghasilan, asalkan halal," katanya.

Sebenarnya Muhamamad Nur pernah dipercaya sebagai pelatih, yaitu saat menangani tim DI Yogya ketika menghadapi PON 2000 di Jawa Timur.

Tapi ia kemudian tidak menekuni profesi tersebut lebih jauh karena tidak yakin bahwa profesi tersebut benar-benar akan memberikan jaminan masa depan karena tidak ada penghasilan tetap.

"Kalau menjadi pelatih, saya hanya akan mendapatkan penghasilan kalau ada event saja. Bagi saya, tidak masalah berpenghasilan kecil asal tetap setiap bulan," katanya.

Muhamamad sebenarnya menekuni profesi sebagai atlet balap sepeda dalam waktu yang cukup singkat, yaitu antara 1993 sampai 1997 dan memutuskan pensiun saat masih berusia 25 tahun, usia emas seorang atlet.

Ia mengakui bahwa keputusannya untuk meninggalkan dunia balap sepeda lebih banyak akibat kekecewaan karena tidak adanya transparansi dalam masalah keuangan dalam tim.

"Saya tahu bahwa saya seharusnya mendapatkan gaji dan honor yang lebih besar, tapi tidak ada keterbukaan dalam masalah itu. Ketika saya tanya ke pelatih, saya malah dimarahi. Sejak itulah saya memutuskan mengundurkan diri saja," katanya.

Sejak itu, Muhammad Nur pun mulai merasakan dan meyakini bahwa menjadi seorang atlet, meski pun berprestasi sampai tingkat SEA Games, ternyata tidak akan menjamin masa depannya.

"Saya merasa usaha keras saya hanya akan sia-sia dan dalam kenyataannya saya tidak mendapatkan apa-apa. Lebih baik saya mundur saja mencari pekerjaan lain meski akhirnya saya harus menjadi kuli kasar seperti ini," kata Muhammad Nur sambil memperlihatkan piagam-piagam yang pernah diterimanya saat menjadi atlet berprestasi.

Sambil bercanda, Muhammad Nur mengatakan bahwa ia sebenarnya terlalu cepat dilahirkan karena jika ia menjadi atlet sekarang ini, ia yakin akan lebih sejahtera berkat bonus besar dari pemerintah.

"Atlet sekarang lebih enak karena setiap peraih emas di SEA Games 2011 lalu dapat sebesar Rp200 juta, meski cabang beregu," katanya.

Ia juga menilai bahwa perhatian pemerintah terhadap atlet berprestasi sekarang jauh lebih baik.

Muhammad Nur sebenarnya hanyalah salah satu dari sebagian mantan atlet berprestasi yang tidak beruntung.

Nasib pria bertubuh gempal itu tidak jauh berbeda dengan seniornya Suharto (59 tahun) asal Surabaya, juara SEA Games 1979 di Malaysia untuk nomor "team time trial" yang sekarang menyambung hidup sebagai tukang becak.

Namun Suharto sedikit lebih beruntung karena beberapa waktu lalu mendapat bantuan rumah dari Kantor Pemuda dan Olahraga yang secara simbolis diserahkan Wakil Presiden Boediono saat peringatan Hari Olahraga Nasional pada 9 September lalu di Jakarta.

Muhammad Nur pun berharap akan mendapat penghargaan yang sama dari Kemenpora agar bisa tinggal di tempat yang lebih layak, sebagaimana pahlawan olahraga lainnya.


Risa Suseanty Dalam Film "The Eighth Parallel" Karya Darcy Turenne


Darcy Turenne yang dulu dikenal sebagai freerider wanita kini masih eksis sebagai pro mountain biker. Namun eksistensinya bertambah sejalan dengan kegiatan pembuatan film yang tidak jauh dari dunia olahraga ekstrim kegemaran Darcy. The Eighth Parallel, sebuah karya tentang wanita-wanita Indonesia dengan profesi olahraga ekstrim seperti panjat tebing, sepeda gunung (downhill), motorcross hingga surfing. Risa Suseanty (downhiller) adalah salah satu wanita yang ada dalam film Darcy.


Sumber : sepeda.sportku.com

Nenek Steven Wong Masih Kuat Bersepeda 50 Km


Pepatah mengatakan 'Buah jatuh tak jauh dari pohonnya' menggambarkan hubungan Steven Wong dengan sang nenek. Nenek dari pihak ibunya Steven ini menggunakan sepeda untuk beraktivitas sehari-hari. Tak heran sang cucu yang merupakan rider Jawara BMX Cross Hongkong ini menurunkan bakat di sepeda.
Steven tak kalah dengan sang nenek yang gowes sepanjang 40 Km setiap harinya. Kini Steven migrasi ke Road Cycling dan siap buktikan ketangguhan diatas sepeda balap dengan membawa tim Champion System. Video ini diambil oleh Risa Suseanty yang juga ikut gowes menemani sang nenek.



Sumber : sepeda.sportku.com

Persiapan Tim Jelang UCI World Tour 2012 RadioShack Mulai Perkenalan



UCI World Tour 2012 segera berlangsung Januari mendatang. Persiapan mulai dilakukan oleh tim-tim pesertanya, baik yang baru atau yang sudah lama.


Kesunyian tengah menyelimuti kota Calpe di wilayah tenggara Spanyol di bulan Desember. Di puncak musim panas, kota di pinggir Laut Mediterania itu dijubeli para wisatawan dari Eropa Utara yang mencari kehangatan matahari. Tapi, menjelang musim dingin seperti sekarang, Calpe menjadi area ideal bagi para pembalap sepeda profesional.

Calpe memiliki jalanan menyusuri pantai yang indah. Dari yang datar hingga yang berbukit-bukit. Kondisi tersebut memberikan kelengkapan bagi berbagai menu latihan menuju musim baru UCI (Persatuan Balap Sepeda Internasional) World Tour.

Meski menjelang musim dingin, cuaca Calpe tak begitu dingin. Masih berada dalam kategori hangat bagi pembalap Eropa atau Amerika. Kondisi tersebut menjadi tujuan bagi tim anyar UCI World Tour RadioShack-Nissan-Trek. Tak begitu baru, karena tim itu adalah hasil merger dari RadioShack dan Leopard-Trek. RadioShack-Nissan-Trek adalah kandidat kuat menjadi penguasa musim depan.

Di Calpe, untuk pertama kalinya, para pembalap dari dua tim merger itu berkumpul. Tak seperti tim yang baru dipertemukan, para pembalap dari dua tim sudah terlihat akrab di Diamante Beach Hotel. Jadi, keceriaan begitu dominan dalam latihan perdana yang dimulai awal pekan ini.

Jagoan RadioShack Andreas Kl bercanda dengan Frank Schleck yang sebelumnya adalah pilar dari Leopard-Trek. Chris Horner berbincang akrab dengan Daniele Bennati, sedangkan Jakob Fuglsang terlibat dalam konsultasi ringan dengan direktur olahraga tim Alain Gallopin yang sebelumnya menangani Leopard-Trek.

Tepat pada pukul 10.00 pagi, Schleck bersaudara, Frank dan adiknya Andy, memimpin regu pertama yang meluncur dari hotel. Mereka diikuti Kloden, Horner dan Oliver Zaugg. Uniknya, mereka masih memakai seragam tim sebelumnya. Jadi, meski sudah bernaung dalam satu tim, ada dua warna dominan dalam latihan perdana itu.

Rombongan kedua termasuk juara Amerika Matt Busche dan Hayden Roulston mengikuti beberapa saat kemudian. Satu-satunya pembalap yang absen dari sesi hari pertama itu adalah Fabian Cancellara. Dia terserang flu dan hanya berada di kamar setelah kunjungan akhir pekan ke London untuk meninjau time trial Olimpiade.

"Kami berlatih dalam tiga kelompok karena jika tidak itu terlalu besar di jalan, dan kita mengubah kelompok setiap hari," jelas Andy Schleck pada Cyclingnews. "Sebagian besar anggota timsudah saya kenal sebelumnya, tapi sekarang Anda punya waktu di meja di malam hari untuk mengetahui anggota lain lebih baik," tambahnya.

Lain cerita dengan persiapan tim Saxo Bank. Tak banyak perubahan dilakukan oleh tim yang berbasis di Denmark itu. Jadi, sesi perkenalan tak akan menyita waktu tim.

Tapi, tim tetap punya cara yang menarik untuk menyatukan tim. Latihan perdana tak hanya bertujuan memantapkan kondisi. Tim Saxo Bank juga melakukan aksi sosial dalam latihan perdananya yang berlangsung di Israel.

Tim Saxo Bank datang ke Israel bertepatan dengan pencanangan program "Cycling for Peace". Saxo Bank teelah membangun dan membuka sekolah bersepeda di Acre untuk anak-anak Yahudi dan Muslim, bekerja sama dengan Shimon Peres Center for Peace. Sebagai tanggapan, Peres bertemu dengan tim pada Selasa (6/12) untuk berterima kasih kepada tim.

Secara Pribadi Presiden Israel Shimon Peres berterima kasih pada Manajer tim Bjarne Riis, pembalap utama Saxo Bank Alberto Contador dan Tim Saxo Bank untuk bantuan mereka menuju perdamaian di Timur Tengah.

"Faktanya adalah, ketika pembicaraan mereka tentang olahraga, maka Israel dan Arab dengan mudah dapat bekerja dan bermain bersama," kata Peres.

Riis mengakui sangat tergerak setelah pertemuan dengan Presiden Peres yang kini berusia 88 tahun. "Kami memberikan bantuan yang unik di sini. Bertemu dengan Presiden Israel, itu adalah besar. Benar-benar besar. Hal ini tidak dapat dibandingkan dengan olahraga. Ini adalah sesuatu yang kita tidak akan pernah kami lupakan," ujar Riis.

Contador pun mendapatkan hadiah yang amat berkesan dalam pertemuannya dengan Peres. Peres secara langsung memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Contador yang merayakan hari kelahirannya pada 6 Desember. Tak hanya memberi ucapan selamat, Peres juga memimpin paduan suara dadakan untuk menyanyikan lagu  "Happy Birthday". 

Sumber : www.jpnn.com




Pengikut

 

Sahabat Sepeda | Blognya Sahabat Sepeda Cikampek Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger

Terima Kasih telah berkunjung di blognya Sahabat Sepeda Cikampek!