Posting Terbaru

Karawang Fun Bike 2009

PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) Karawang Fun Bike 2009
Minggu, 15 Nopember 2009 telah berlangsung acara Karawang Fun Bike 2009. Fun Bike ini di selenggarakan dalam ranggka hari ulang tahun PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia Cabang Karawang).

Fun Bike kali ini merupakan Fun Bike yang memiliki rute paling panjang karena harus menempuh rute perjalanan sejauh -/+ 50 Km. Start dimulai dari Lapangan Karangpawitan Karawang.

Pagi itu sekitar jam 06.30 para peserta telah bersiap-siap di garis start. Bendera telah dibentangkan ke atas dan peluit pun telah ditiupkan pertanda Fun bike sudah dimulai dan para peserta pun langsung pada ngegenjot sepedanya mengikuti rute yang telah ditentukan oleh panitia. Setelah menempuh rute yang melelahkan akhirnya para peserta satu-persatu kembali finish di Karangpawitan.

Bersepeda dan Mendaki Gunung Cupu

Sabtu, 17 Oktober 2009
Perjalanan ke gunung Cupu Plered Purwakarta cukup menguras tenagaku. Jalannya yang lumayan nanjak, ditambah lagi perjalanan mendaki untuk bisa sampai di puncak tebing gunung Cupu lengkap sudah petualangan kali ini. Cukup melelahkan memang, tapi semua itu terbayar lunas oleh indahnya pemandangan di atas puncak tebing gunung Cupu. Sejauh mata memandang semuanya terlihat jelas dan luas.

Setelah Asep, Qnoy dan Utut batal ikut akhirnya aku berangkat sendiri. Pagi-pagi sekali sekitar jam 6 aku berangkat, dengan semangat 45 kukayuh sepedaku sengaja agar bisa lebih cepat sampai di tujuan. Jalanan pagi itu masih terlihat lengang belum banyak terlihat kendaraan yang berlalu-lalang. Tanjakan demi tanjakan aku lalui. Selepas melewati tanjakan Cijantung, sejenak aku beristirahat tuk sekedar menarik napas dan membasahi tenggorakanku yang kering.

Cukup lama juga aku beristirahat. Jalanan pun sudah mulai ramai dengan kendaraan yang berlalu-lalang. Usai beristirahat perjalanan aku lanjutkan kembali. Satu jam kemudian aku pun sampai di Cianting. Puncak tebing cupu dari jalan raya Cianting sudah mulai terlihat. Di atasnya terlihat jelas ada batu besar yang kelihatannya seperti mau jatuh. Bila Anda hendak ke Bandung lewat jalan raya Purwakarta-Bandung, secara reflek Anda pasti akan melihat puncak tebing gunung cupu ini. Dari jalan raya Cianting aku masih harus berjalan sejauh kurang lebih  4 km lagi melewati perkampungan menuju ke tebing cupu. Jadi total perjalanan yang aku tempuh kali ini sekitar tiga jam.



Sekilas Tentang Tebing Cupu : Tebing Cupu adalah salah satu tebing yang sering digunakan untuk latihan pemanjatan tebing oleh para penggiat pecinta alam. Baik itu oleh para pemanjat sekitar Purwakarta sendiri ataupun oleh para pemanjat dari luar daerah Purwakarta. Letaknya berada di Desa Cianting, perbatasan antara Kec. Sukatani dan Kec. Plered Purwakarta.

Setibanya di sana aku langsung melanjutkan pendakian ke puncak tebing Cupu. Tebing Cupu memiliki ketinggian sekitar 300 mdpl. sehingga bisa didaki hanya dengan waktu kurang lebih 1 jam (bila tanpa bawa sepeda).

Jam 9.30 aku mulai mendaki. Cuaca yang terik menyergap ku menjelang pendakian. Keringat pun membasahahi pakaian yang aku kenakan. Menjelang puncak, trek yang aku lalui semakin sulit sehingga sepeda pun terpaksa aku tinggal. Dan rencana ingin berfoto bareng sepeda di atas puncak pun sirna. Tambah iseng sesampainya di puncak ku otomatiskan kamera, sedikit narsiss! hehehe...

Selepas tanjakkan cijantung sejenak ku sandarkan sepeda tuk beristirahat.





























Jalan Raya Purwakarta-Bandung terlihat jelas di atas puncak tebing cupu.















Sejarah Sepeda

Sejarah sepeda bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes.

Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan. Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais.

Von Drais yang tercatat sebagai mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya. Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817.

Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada. James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua teknologi itu masih terus dipakai. Buntutnya, sepeda menjadi lebih ringan untuk dikayuh.
Sayangnya, sepeda dengan roda yang besar itu memiliki banyak kekurangan. Ini menjadi dilema bagi orang-orang yang berperawakan mungil dan wanita. Karena posisi pedal dan jok yang cukup tinggi, mereka mengeluhkan kesulitan untuk mengendarainya. Sampai akhirnya, keponakan James Starley, John Kemp Starley menemukan solusinya. Ia menciptakan sepeda yang lebih aman untuk dikendarai oleh siapa saja pada 1886. Sepeda ini sudah punya rantai untuk menggerakkan roda belakang dan ukuran kedua rodanya sama.

Namun penemuan tak kalah penting dilakukan John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin (pneumatic tire). Dari sinilah, awal kemajuan sepeda yang pesat. Beragam bentuk sepeda berhasil diciptakan. Seperti diketahui kemudian, sepeda menjadi kendaraan yang mengasyikkan.

Di Indonesia, perkembangan sepeda banyak dipengaruhi oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Mereka memboyong sepeda produksi negerinya untuk dipakai berkeliling menikmati segarnya alam Indonesia. Kebiasaan itu menular pada kaum pribumi berdarah biru. Akhirnya, sepeda jadi alat transpor yang bergengsi.

Pada masa berikutnya, saat peran sepeda makin terdesak oleh beragam teknologi yang disandang kendaraan bermesin (mobil dan motor), sebagian orang mulai tertarik untuk melestarikan sejarah lewat koleksi sepeda antik. Rata-rata, sepeda lawas mereka keluaran pabrikan Eropa. Angka tahunnya antara 1940 sampai 1950-an. Dan mereka sangat cermat dalam merawatnya.

Di masyarakat kita, sepeda lawas itu dikenal dengan beberapa sebutan, seperti ontel, jengki, kumbang dan sundung. Kalau jengki itu kan asalnya dari kata jingke (bahasa Betawi, artinya berjinjit), jadi waktu naiknya kita harus berjingke saking tingginya. Kalau ontel, ya artinya diontel atau dikayuh.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Gunung Semeru 3676 mdpl Lumajang Jawa Timur


Perjalanan ini berawal dari pertemuan kami dengan temen-temen dari Jakarta (Jamud, Karel, Imeh, Nung, dan Puput) di Stasiun Malang yang hendak mendaki gunung Semeru.
Mengawali perkenalan saya dan Yayan pun iseng bertanya. "Pada mo naek ke gunung mana, kita berdua mo ke gunung Arjuno?. Tanya kami pagi itu. “Oh, kami mo ke Semeru, udah gabung aja bareng kami ke Semeru.” Jawab temen-temen dari Jakarta sambil mengajak. Saya pun berpikir sejenak untuk mempertimbangkan ajakan mereka, karena saya harus memperhitungkan waktu dan isi saku saya waktu itu. Mungkin bagi Yayan untuk urusan isi saku gak jadi khawatir atau pun persoalan. Hehe.. Setelah dipertimbangkan secara matang, saya pun memutuskan ikut rombongan dari Jakarta. Dan niat kami tuk mendaki gunung Arjuno pun mendadak putar haluan menjadi ke gunung Semeru.
Jum’at, 17 Juli 2009 saya dan Yayan sudah berada di Stasiun Cikampek menunggu kedatangan kereta Matar Maja dengan tujuan Malang. Tepat jam 15:30 WIB kereta pun tiba, saya dan Yayan pun segera naik kedalamnya tepat di gerbong urutan nomor 2 dari depan. Perlahan tapi pasti kereta pun berjalan melewati beberapa stasiun hingga akhirnya tepat jam 08:00 pagi kami pun sampai di Malang. Setelah beristirahat  dan mengisi perut , dari stasiun Malang kami langsung melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot menuju terminal Arjo Sari, lalu dilanjutkan ke Pasar Tumpang. Di Pasar Tumpang mobil Jip yang biasa mengangkut para pendaki menuju Ranupani telah menanti . Dengan menggunakan Jip itu lah kami berangkat menuju Ranu Pane.
Pukul 18.00 wib setelah mengurus segala administrasi pendakian dan mengecek ulang perlengkapan dari Ranu Pane kami melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo. Detik demi detik kami lalui dengan berjalan kaki tidak terasa kami sudah berada di ketinggian 2400 mdpl. Awan  pun mulai gelap, pertanda malam mulai menyeruak. Kami pun bergegas mempersiapkan lampu senter untuk menerangi langkah kami agar tetap fokus meniti jalan setapak di kegelapan malam. Sesekali kami berhenti di selter atau tempat pemberhentian sementara yang telah disiapkan pihak taman nasional bagi para pendaki untuk istirahat sejenak. Usai beristirahat perjalanan pun kami lanjutkan kembali, kami terus berjalan menyusuri malam di bawah sinar bulan, cahaya bintang-bintang dengan ditemani hembusan angin yang dingin menusuk kedalam tulang. Selangkah demi selangkah kami lalui jalan setapak hingga akhirnya kami pun sampai di Ranu kumbolo. Tanpa menunggu lama tenda pun segera kami dirikan karena suhu di Ranu Kumbolo malam itu terasa sangat dingin sekali.


Menjelang pagi udara terasa semakin dingin, rupanya hal itu dikarenakan bunga es telah menutupi tenda kami. Di pagi hari pemandangan yang berbeda nampak dipelupuk mata. Benar-benar tempat yang sungguh luar biasa, airnya yang jernih dan tenang serta habitat pepohonan menambah warna-warni keindahan Ranu Kumbolo. Usai makan dan mengepak kembali perlengkapan, kami pun segera melanjutkan kembali perjalanan menuju Arco podo. Rupanya di depan nampak tanjakkan cinta  telah menanti untuk di lewati. Konon katanya bila kita berhasil melewati Tanjakkan Cinta tanpa menoleh ke belakang kelak kita akan menemukan jodoh kita. Perbukitan dan padang savana di oro-oro ombo menjadi hadiah bagi para pendaki sebelum memasuki pos peristirahan di kali mati. Oro-oro ombo merupakan sebuah bukit yang juga dikenal  dengan bukit Teletubis. Hamparan savana dan ilalang  yang ditumbuhi bunga-bunga warna ungu terlihat begitu sempurna sebagai obat lelah setelah melewati tanjakan cinta. Dua jam telah berlalu pos peristirahan  kali mati tinggal beberapa langkah lagi. Sejenak kami beristirahat di kali mati sembari mengisi perut kami yang kembali lapar serta mengisi air buat perbekalan kami saat muncak nanti malam. Perjalanan kami lanjutkan kembali, setelah satu jam berjalan akhirnya kami sampai juga di Arco podo. Kami pun kembali mendirikan tenda dan beristirahat sambil menunggu saat-saat menuju puncak Mahameru. Rasanya baru sejenak kami terlelap, saat-saat yang dinanti pun tiba, jam menunjukan tepat tengah malam. Dengan mata yang masih ngantuk kami harus segera bangun dan mempersiapkan perbekalan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Petualangan segera di mulai, disini kita harus benar-benar mempersiapkan segalanya, mulai dari mental, fisik dan perbekalan secukupnya. Malam ini kami harus melalui medan yang lumayan cukup sulit karena kami harus melewati medan berpasir dan berkerikil dengan kemiringan hampir 45 derajat. Lampu senter telah menyala pertanda kami harus mulai melangkahkan kaki tak lupa dengan diiringi do’a sebelumnya. Selangkah demi selangkah kami meniti medan berpasir hingga tak terasa waktu sudah menjelang subuh. Lampu senter sudah mulai redup, sang fajar pun sudah mulai menyongsong, namun kami masih harus terus berjalanan tuk mencapai puncak Mahameru. Puncak tinggal beberapa meter lagi. Dengan napas yang sedikit agak ngos-ngosan kami terus melangkahkan kaki. Alhamdulilah, akhirnya tepat jam 08.00 kami pun berhasil menjejakan kaki kami di puncak abadi para dewa.

Pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima kasih buat temen-temen dari Jakarta, Puput, Karel, Jamud, Nung, dan Imeh. Tak lupa juga buat temen-temn dari Madura, Mate, Yadi, dan Elpung. oh..iya tak lupa juga buat Pak Reko dari Surabaya, terima kasih karena telah memberi tumpangan dan mengantarkan saya sampai stasiun Malang. Tanpa kalian semua, mungkin pendakian ini akan terasa kurang berkesan. Saya berharap semoga ini bukanlah pendakian terakhir saya bersama kalian. Walau kita berada dilintas daerah, lintas organisasi. Slama masih ada gunung yang bisa kita daki, mudah-mudahan kebersamaan kita akan terus berlangsung sampai nanti. Aminn........
























































Gunung Bromo 2393 mdpl


Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur. Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata.


Berikut adalah beberapa Foto yang berhasil kami Kumpulkan selama melakukan pendakian ke gunung Bromo:















Pengikut

 

Sahabat Sepeda | Blognya Sahabat Sepeda Cikampek Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger

Terima Kasih telah berkunjung di blognya Sahabat Sepeda Cikampek!