Hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah saat
santai, lepas dari aktivitas yang membosankan atau pekerjaan yang
menimbulkan stress. Bersepeda tentu saja menjadi kegiatan alternatif
yang saat ini banyak dilakukanorang-orang untuk melepaskan diri dari
kebosanan.
Jika sedikit waktu dan biaya yang dimiliki, bersepeda cukup dilakukan tidak jauh dari tempat tinggal alias masih di seputaran PURWASUKA(Purwakarta, Subang, Karawang) saja. Sedikit ke arah Selatan dari Kota Cikampek, atau tepatnya di Kabupaten Purwakarta masih ada tempat asyik yang sampai saat ini masih menjadi tempat favorit untuk dikunjungi, yaitu Waduk Cirata.
Minggu, 31 Maret 2013 kemaren kembali kami mengayuh pedal ke Waduk Cirata. Rasa kangen akan nasi liwet dan indahnya jembatan besar yangmenjadi favorit para pengunjung ke Cirata, membawa kami kembali mengayuh pedal ke Waduk yang berpungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini.
Waktu molor lebih dari 90 menit dari waktu yang sudah jadwalkan,sehingga tepat pukul 7:00 kami baru berangkat menuju Cirata. Dan tepat pukul 12:00 kami pun tiba di Waduk Cirata, terlambat 1 jam setengah dari jadwal yang ditargetkan. Bersyukur masih bisa sampai juga! Hahaaa…
Disepanjang ruasjalan menuju Waduk Cirata terdapat warung-warung tradisional yang menyajikanberagam makanan. Yang paling khas dan mudah kita temui adalah Sate Maranggiyang berderet di sepanjang jalan. Kepulan asap pembakarannya begitu menggoda,seakan melambai siapa pun yang lewat agar mampir dan menikmatinya.Nasi liwetdan ikan bakar menjadi menu jagoan di tempat ini. Banyak warung yang menyajikanmenu special tersebut dengan makan bergaya lesehan.
Untuk menaklukkan rasa lapar, kami pun merapat di salah satu warung tradisional tersebut. Nasi liwet dan ikan bakar ditambah sambal + lalapan menjadi sasaran tembak rasa lapar kami saat itu. Membakar ikan dan memasak nasi liwet tentunya memerlukan waktu. Sambil menunggu sesekali terlontar guyonan di antara kami sekadar mengusir lapar dan lelah setelah menempuh perjalanan -/+ 60 km. Sesaat setelah makanan disajikan, kami pun langsung “beraksi”. Nasi yang masih panas seakan tak terasa saat kami melahapnya (mungkin efek karena lapar) heheee...
Puas menikmati panorama, menyantap kulinernya, kami pun kembali mengayuh pedal menuju pulang ke Cikampek. Salam Gowes!
Jika sedikit waktu dan biaya yang dimiliki, bersepeda cukup dilakukan tidak jauh dari tempat tinggal alias masih di seputaran PURWASUKA(Purwakarta, Subang, Karawang) saja. Sedikit ke arah Selatan dari Kota Cikampek, atau tepatnya di Kabupaten Purwakarta masih ada tempat asyik yang sampai saat ini masih menjadi tempat favorit untuk dikunjungi, yaitu Waduk Cirata.
Minggu, 31 Maret 2013 kemaren kembali kami mengayuh pedal ke Waduk Cirata. Rasa kangen akan nasi liwet dan indahnya jembatan besar yangmenjadi favorit para pengunjung ke Cirata, membawa kami kembali mengayuh pedal ke Waduk yang berpungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini.
Foto : Dedi Kusmayadi
Waktu molor lebih dari 90 menit dari waktu yang sudah jadwalkan,sehingga tepat pukul 7:00 kami baru berangkat menuju Cirata. Dan tepat pukul 12:00 kami pun tiba di Waduk Cirata, terlambat 1 jam setengah dari jadwal yang ditargetkan. Bersyukur masih bisa sampai juga! Hahaaa…
Disepanjang ruasjalan menuju Waduk Cirata terdapat warung-warung tradisional yang menyajikanberagam makanan. Yang paling khas dan mudah kita temui adalah Sate Maranggiyang berderet di sepanjang jalan. Kepulan asap pembakarannya begitu menggoda,seakan melambai siapa pun yang lewat agar mampir dan menikmatinya.Nasi liwetdan ikan bakar menjadi menu jagoan di tempat ini. Banyak warung yang menyajikanmenu special tersebut dengan makan bergaya lesehan.
Untuk menaklukkan rasa lapar, kami pun merapat di salah satu warung tradisional tersebut. Nasi liwet dan ikan bakar ditambah sambal + lalapan menjadi sasaran tembak rasa lapar kami saat itu. Membakar ikan dan memasak nasi liwet tentunya memerlukan waktu. Sambil menunggu sesekali terlontar guyonan di antara kami sekadar mengusir lapar dan lelah setelah menempuh perjalanan -/+ 60 km. Sesaat setelah makanan disajikan, kami pun langsung “beraksi”. Nasi yang masih panas seakan tak terasa saat kami melahapnya (mungkin efek karena lapar) heheee...
Foto : Dedi Kusmayadi
Puas menikmati panorama, menyantap kulinernya, kami pun kembali mengayuh pedal menuju pulang ke Cikampek. Salam Gowes!